Dua tahun terakhir, tren busana muslim di Tanah Air berkembang pesat.
Tak cuma model pakaian, gaya berhijab yang dulunya monoton kini mulai
bervariasi hingga membuat wanita tampil lebih cantik saat memakainya.
Perubahan
mode busana muslim yang terjadi di Indonesia sebenarnya tak lepas dari
tangan-tangan kreatif anak negeri. Salah satunya, Indria Miranda atau
lebih akrab disapa Ria Miranda.
Kepada merdeka.com, Ria
membeberkan alasannya memilih menjadi desainer muda khusus busana
muslim. Wanita kelahiran Padang, 15 Juli 1985 ini mengaku, awal mula
membuat busana muslim untuk dipakai sendiri karena sehari-harinya Ria
memang mengenakan jilbab.
"Niat awal untuk kebutuhan pribadi, jadi waktu itu belum kepikiran banyak peminatnya," kata Ria seperti dilansir merdeka.com.
Kecintaan
wanita berusia 28 tahun ini pada dunia fesyen sebenarnya sudah dia
rasakan sejak duduk di bangku SMA. Maka itu, untuk memperdalam ilmunya
ibu satu anak ini lantas melanjutkan pendidikan ke sekolah khusus
fesyen, ESMOD Jakarta. Di sanalah dia mengembangkan kemampuannya
mendesain pakaian agar mengikuti tren dan tak ketinggalan zaman.
Benar
saja, uniknya cara Ria mendesain baju membuat orang-orang di
sekelilingnya tertarik untuk memiliki. Peluang itu lantas dimanfaatkan
Ria untuk berbisnis busana muslim.
"Modal awal buka usaha dulunya
Rp 5 juta. Saat itu saya cari bahan sendiri dan tukang jahitnya nyari ke
pasar. Tiap satu desain saja buat 5 pieces," tambahnya.
Selain
mendapat keuntungan, wanita yang juga hobi traveling ini merasakan
banyak manfaat dari bisnisnya itu. Paling tidak, lanjut Ria, dengan
bisnisnya itu dirinya secara tak langsung mengajak muslimah di Indonesia
untuk mempercantik penampilan mereka dengan busana muslim dan berhijab.
"Sekarang
ini dianggap sebagai salah satu dakwah untuk mengajak muslimah juga
berhijab melalui design saya. Jadi bisa jadi media dakwah yang sebisa
saya," tambahnya.
Seiring dengan berputarnya waktu dan
perkembangan zaman yang tak dapat dibendung, Ria terus mengembangkan
karyanya agar tak ditinggal konsumen setia. Caranya, dengan banyak
membaca, menonton dan berdiskusi dengan timnya.
"Fesyen itu
berputar dan dinamis sekali. Kalau kita inovatif dan kreatif, juga tahu
gimana cara desain baju yang bisa hits, otomatis kita bisa menang
bersaing secara sehat dan Insya Allah tidak meredup," kata Ria.
Di
awal bisnisnya, Ria memang sempat berpikir apakah usahanya ini bakal
menjanjikan secara ekonomi. Tapi lagi-lagi, sikap pesimistis itu coba
dia hilangkan dengan membuat karya yang berbeda dari orang lain.
"Desainer
muda dan baju muslim memang sulit untuk masuk ke market, makanya kita
bikin komunitas dan membuat market tersendiri misalnya di central
shopping area," jelas wanita yang nge-fans pada desainer Biyan
Wanaatmadja, Ghea dan Auguste Soesastro.
Meski kini banyak
bermunculan desainer muda, Ria mengaku tak takut kalah saing. Dia yakin
setiap desainer punya karakter dan konsumen sendiri.
"Saya
konsisten dengan pilihan warna pastel dari awal, memperkenalkan gaya
shabby chic dan feminin style. Jadinya saya nggak takut, soalnya semua
sudah punya karakter sendiri dan rejeki sudah ada yang mengatur," ucap
Ria sambil tertawa.
Meski karyanya belum mendunia, Ria cukup
bangga karena hasil desain pernah dipakai artis-artis Indonesia seperti
Inneke Koesherawaty dan Berliana Febriyanti.
Dari kerja kerasnya
selama ini, kini Ria sudah memiliki beberapa butik salah satunya di
Kemang. Ria juga mulai mengembangkan karyanya pada hijab modern.
Lalu berapa keuntungan yang diperoleh ibu muda ini setiap bulannya?
"Saya
nggak tau, diurus sama manajemen. Saya hanya handle untuk design aja,
yang jelas tarifnya start Rp 250.000 sampai Rp 3 juta," katanya
merahasiakan.
Ria berharap bisnisnya ini terus maju meski banyak
pemain baru. Kepada yang baru akan memulai, Ria berpesan harus semangat
dan jangan lupa mengasah kemampuan Anda.
"Harus berani, fokus dan pantang menyerah walaupun ada halangan apapun," tegas Ria. (as)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar