Jumat, 28 Februari 2014

Kisah Pengusaha Sukses Hijab – Tsummadana Wulan

Janet's Rich Banana Bread Recipe
kisah pengusaha sukses

Di Indonesia hijab sudah menjadi trend. Banyak orang menggunakannya karena sangat di anjurkan untuk menutup aurat. Selain untuk menutup aurat hijab juga bisa mempercantik diri. Mengambil kesempatan emas ini, maka seorang yang bernama Tsummadana Wulan (22) merintis karir dengan mendesain hijab dan menjualnya via online.

Bahkan saat ini produknya sudah dipakai puluhan artis di tanah air. Wulan, panggilan akrabnya memiliki butik kecil bernama Miulan di samping rumahnya di Jl Kedung Batu Selatan no.88 Semarang atau tepat di belakang Klenteng Sam Po Kong, Wulan dan tujuh karyawan mengemas puluhan hijab dan busana muslim yang siap dikirim ke penjuru tanah air bahkan luar negeri. Pelanggannya tersebar di seluruh Indonesia, ada juga dari Singapura, Brunei Darusalam dan yang paling sering adalah Hongkong. Dengan menjual hijab dan baju muslim, saat ini Wulan sudah bisa mewujudkan keinginannya untuk Umroh, jalan-jalan ke luar negeri dan membeli barang yang diinginkannya.

Kisah Pengusaha Sukses Wulan

Kisah Pengusaha sukses Wulan cukup sering diberitakan. Awalnya ia hanya mahasiswi biasa di Fakultas Teknik Informatika Universitas Dian Nuswantoro (Udinus) Semarang hingga akhirnya dosen memberikan tugas kewirausahaan yaitu membuat usaha tanpa modal. Gadis cantik ini pun memutar otak dan mengawalinya dengan menjual pakaian pantas pakai miliknya. Kemudiaan dari penjualan itu akhirnya Wulan dapat modal dan membuat pernak pernik asesoris buatan sendiri misalnya gelang, kalung, cincin dan lainnya.

Untuk menyokong usahanya,Wulan juga menjadi anggota salah satu Multi Level Marketing (MLM) hingga akhirnya dia bisa membangun toko. Tapi tidak seperti yang diharapkan, tokonya tidak dipenuhi pengunjung bahkan sepi. Kemudian Wulan kembali harus memutar otak agar usahanya sukses. Wulan kemudian mendisain hijab sendiri yang di ambil dari referensi internet. Dari situ ternyata banyak peminatnya, maka lahirlah Miulan bulan November 2011 lalu. Usahanya kemudian berkembang dan pada akhirnya Dia bisa mempekerjakan 7 orang karyawan. Wah, hebat ya? Sistem penjualan Wulan juga menggunakan sistem penjualan online yang sering dilakukan pada umumnya, yaitu sistem penjualan agen dan reseller. Hijab buatan Wulan dijual dengan sistem Distributor dengan minimal pembelian 100 buah, Agen dan Reseller dengan minimal pembelian 20 buah akan mendapatkan diskon khusus. Yang menjadi ciri khas hijab dari Wulan hingga banyak diminati adalah karena bahannya yang terbuat dari kain kaos, serta disain minimalis dengan asesoris bunga berwarna soft yang terkadang saling bertabrakan namun tetap menjadi kombinasi yang baik.

Dari usahanya yang baru berdiri setahun itu, Wulan saat ini memiliki pendapatan bersih hingga jutaan rupiah perbulan, omsetnya pun hingga seratus juta rupiah. Selain itu dengan memanfaatkan twitter, ia berhasil membuat produknya dipakai oleh beberapa artis untuk dipakai dalam pengambilan gambar film. “Misalnya Julia Peres, Lyra Virna, Lia Ananta, Asti Ananta, Sheza Idris dan masih banyak lagi”. Sementara itu menurut Wulan, lebih efektif untuk menjual produknya lewat jejaring sosial karena pasar anak muda sekarang lebih condong menggunakannya. Dengan akun facebook, Wulan memperoleh pelanggan berlimpah bahkan tak ayal ada orang yang meniru desain bahkan namanya. “Itu tidak masalah, yang penting kita saat menjual saling percaya saja. Menggunakan panggilan akrab seperti ‘sist dan cint’ ternyata efektif membuat pelanggan merasa nyaman untuk berbelaja,” kata Wulan sambil tersenyum.

Rahasia Sukses Wulan

Sekarang saya akan simpulkan rahasia sukses Wulan sebagai pengusaha sukses hijab. Berikut adalah rahasia sukses Wulan :

1.Kreatifitas

Kita bisa lihat dari kisah pengusaha sukses Wulan. Terlihat dengan jelas bahwa Wulan punya kretifitas yang tinggi. Memang sudah tidak di ragukan lagi kalau kretifitas sangat membantu dalam meraih sukses. Kreatifitas wulan dapat di lihat dari cara dia mendesain jilbabnya. Oke, terkait dengan kreatifitas, Saya sudah banyak menulis artikel tentang ini bisa di baca sebagai berikut.

2.Sesuai Hobi

Wulan juga sepertinya sangat menikmati sebagai pengusaha hijab. Dia terlihat sangat senang dan jelas ini adalah hobinya. Kalau kita menjadikan hobi sebagai bisnis maka kita bisa menikmati prosesnya. Kita akan selalu bertindak sepenuh hati. Jadi, kalau anda ingin berbisnis, sesuaikanlah dengan hobi anda.

3.Tekun

Ketekunan Wulan akhirnya menjadikan Wulan sebagai pengusaha sukses. Wulan begitu tekunnya menggeluti bisnis hijab dan pada akhirnya berhasil.

4.Memanfaatkan Teknologi

Bisnis apapun bila di bumbui dengan teknologi, bisa dipastikan bisnisnya akan maju. Seperti halnya Wulan yang melengkapi usahanya via online, tidak hanya offline. Sebagaimana kita ketahui bahwa internet berkembang sangat pesat. Jadi, manfaatkan internet untuk bisnis anda! Itulah kisah pengusaha sukses Tsummadana Wulan sebagai pengusaha sukses hijab. Kita bisa mencontoh rahasia suksesnya. Setelah membaca artikel ini mungkin anda cukup tertarik menjadi pengusaha. Ya, pengusaha apapun sesuai dengan bidang anda. Kalau anda tertarik anda bisa saja memulai sebuah langkah menjadi pengusaha, silahkan baca artikel saya tentang 9 langkah menjaid pengusaha sukses. Anda tinggal menentukan bidang apa yang ingin anda geluti. Semoga kisah pengusaha sukses ini membuat kita terinspirasi untuk segera menjadi pengusaha sukses. Semoga bermanfaat!

Quiz


Kamis, 27 Februari 2014

Ida Royani - Faradina - Jenahara Nasution: Keluarga Pelopor Busana Muslim

Ida Royani menurunkan bakat kreasi busana kepada Faradina dan Jenahara Nasution.

Ida Royani–Faradina–Jenahara Nasution: Keluarga Pelopor Busana Muslim

Seperti itulah gambaran karier desainer busana muslim Ida Royani (60), yang menurunkan bakat kreasi busana kepada Faradina (35) dan Jenahara Nasution (27), dua dari tujuh anaknya. Fara dan Jehan – panggilan akrab mereka – juga bergelut dengan bisnis busana muslim yang dipelajari dari sang bunda.

Ditemui selepas peragaan busana dalam ajang Kemang Fashion Week di Mal Lippo Kemang, Jakarta, pertengahan April lalu, ketiganya bercerita mengenai awal karier mereka di industri mode juga bagaimana karakter mereka saling melebur dan menginspirasi.

Terinspirasi Mama "Ini kali pertama kami mengadakan fashion show bertiga," tutur Ida usai pergelaran busananya di Kemang Fashion Week. Kali itu, Ida menggandeng Faradina dan Jenahara, kedua putrinya yang juga berprofesi sebagai desainer spesialisasi busana muslim.

Fara dan Jehan menambah daftar panjang desainer busana muslim Tanah Air. Persaingan yang semakin ketat tak menciutkan nyali Ida. Pasangan duet mendiang Benyamin Suaeb ini justru semakin bersemangat melihat perkembangan bisnis mode muslim. Bagi Ida, hal ini seperti obsesi yang menjadi kenyataan.

"Tahun '70-an, tidak banyak wanita yang mengenakan busana muslim. Bahkan bisa dibilang, saya satu-satunya artis yang mengenakan jilbab dan busana muslim. Dulu setiap kali saya pakai busana muslim, orang-orang selalu memandang aneh. Koran dan majalah ramai memberitakan saya," istri musisi Keenan Nasution itu mengenang masa mudanya.

"Tapi saya nekat mencoba usaha desain busana muslim. Keinginan saya hanya satu, saya ingin memopulerkan gaya busana muslim sebagai tren yang mendunia. Misi saya ini baru terwujud sekitar 30 tahun kemudian."

Kegiatan Ida menjahit dan mengolah bahan menjadi kreasi busana yang unik menjadi rutinitas yang disaksikan keluarganya. Terbiasa melihat kesibukan ibu mereka, Fara dan Jehan perlahan-lahan turut larut dalam dunia mode.

"Setelah lulus SMA, saya bingung mau ke mana. Akhirnya saya turuti kemauan Mama untuk terjun ke dunia mode. Awalnya terpaksa, tapi lama-lama menikmati," ujar Fara, putri pertama Ida. Fara mendaftar ke sekolah mode Susan Budihardjo dan melanjutkan ke LaSalle College. Saat itu, Fara mulai membentuk karakter rancangannya sendiri. "Dulu saya merasa tidak cocok dengan tema rancangan Mama. Saya pengin membuat lini busana sendiri dengan karakter yang berbeda."

Saat Fara bersekolah di Susan Budihardjo, Jehan yang masih duduk di bangku SD kerap menemani Ida berbelanja kain. "Saya pengin jadi desainer karena sejak kecil sering lihat Mama membuat baju. Dari kecil bilang ingin jadi desainer, Mama mendukungku," celoteh Jehan yang kini tengah mempersiapkan perubahan merek busananya, dari Jenahara menjadi JE Nasution.

Satu Kesamaan Setelah menelurkan sejumlah film dan album yang beberapa di antaranya merupakan hasil kolaborasi dengan penyanyi kocak Benyamin Suaeb, Ida memutuskan hengkang dari dunia seleb. Keputusan ini diambil setelah menikah.

Walau tengah berada di puncak karier, Ida mantap berkonsentrasi mengurus keluarga. Kesibukan yang menyita waktu sempat membuat Ida melarang anak-anaknya mengikuti jejaknya sebagai artis, serta lebih menitikberatkan pada prestasi di sekolah dan pendidikan agama. Namun apa mau dikata, anak-anak mereka kini menggeluti dunia yang melambungkan nama orang tua.

Jehan dan Fara menjadi desainer. Salah seorang putra Ida-Keenan, Daryl, bergabung dengan grup musik yang cukup populer di Australia. Band yang beranggotakan mahasiswa asal Indonesia itu kerap diminta manggung di berbagai kota dan mengisi musik latar film.

"Apa mau dikata. Lagi pula sekolahnya sudah selesai dan dunia seninya sudah mendarah daging," ujar Ida soal Daryl. “Fara dan Jehan mengikuti jejak saya. Mereka mau meneruskan karier saya nanti di dunia fashion. Jadi begitu mereka keluar SMA, saya sekolahkan mereka di sekolah desainer."

Tiga desainer dalam satu keluarga, tak bisa dipungkiri adanya kesamaan nuansa rancangan di antara ketiganya. Walau memiliki karakter rancangan tersendiri, didapati satu kesamaan. "Baju saya lebih feminin, lebih elegan. Sedangkan Jehan lebih edgy," ucap Fara. "Tapi kami pasti menyelipkan unsur warna hitam putih, seperti sering ada pada baju rancangan Mama. Bahkan untuk baju yang kami pakai sendiri pun, sering ada unsur monokrom, karena Mama pun pakai itu," tandas Fara.

Rabu, 26 Februari 2014

Profil Dian Pelangi dan Koleksi Busana Muslimah Dian Pelangi

Dian pelangi adalah seoarang desainer muda yang merupakan kelahiran Palembang, 14 Januari 1991. Dian pelangi pernah mengenyam pendidikan fashion dise sebuah Sekolah Menengah Kejuruan yaitu di SMK N 1 Penkalongan dengan jurusan yang diambilnya adalah Jurusan Tata Busana.


Dian pelangi juga pernah menjadi “Ketua OSIS termuda “ seluruh Indonesia ketika usianya baru menginjak 15 tahun. Kemudia, dian pelangi meneruskan penidikannya di ‘Ecole Superieur des Arts et Techniques de la Mode (ESMOD)’ Jakarta , dan memperoleh nilai kelulusan yang paling tinggi pada tahun 2008.
Sebelum mulai terjun menjadi desainer busana muslim populer, dianpelangi mengali karirnya dengan mengikuti Lomba Rancang Busana Muslim Noor 2009 sebagai salah satu finalis. Saat ini, Dian menjadi designer termuda di Asosiasi Perancang Pengusaha Muda Indonesia (APPMI). Dian pelangi menjabat sebagai main designer, marketing & promotion untuk perusahaan home industry orang tuanya sekarang.


Dalam dunia fashion, terutama dalam merancang busana muslimah bagiwanita berhijab, dia sudah memamerkan baju rancangannya sampai ke manca negara seperti Malaysia (Kuala Lumpur dan Kota Kinabalu), Singapore, Australia (Melbourne, Perth), UK (London) dan UAE (Abu Dhabi, Jordania, Pakistan dan Cairo).
 

Pada tahun 2010, Dian mendapatkan kesempatan di interview oleh CNN untuk Busana Muslimah yang dipamerkan di Jakarta Fashion Week. Dian pelangi memang populer dengan rancangannya busana muslimah model jumputan dengan warna busana muslimah pelangi. Pada Akhir 2011, Dian mendapatkan undangan untuk berpartisipasi di international fair of Muslim world yang akan diadakan di Le Bourget exhibition, Paris.

Selasa, 25 Februari 2014

Jehan, Jilbab Membuatnya Sukses jadi Desainer

Jilbab tak membuatnya 'terkekang' oleh keadaan, justru ia sukses karenanya. Kini, bersama komunitasnya, anak Ida Royani ini ingin mengembangkan busana muslim sebagai ikon baru dunia fashion...  
Jehan berniat terus mengembangkan HC hingga ke luar negeri/ Foto-foto: Nopi TNOLJehan berniat terus mengembangkan HC hingga ke luar negeri/ Foto-foto: Nopi TNOL
Hijabers Community (HC) memang baru berdiri pada November 2010, namun mengenai jumlah anggota jangan ditanya. Komunitas ini memiliki ribuan anggota, bahkan sudah mencapai sekitar 7000 orang di seluruh Indonesia. Dengan jumlah sebesar itu, HC ingin melebarkan sayap sampai ke luar negeri.
"Sebagai ketua, Insya Allah saya ingin mengembangkan HC tidak di Indonesia saja. Melainkan sampai ke luar negeri," ujar Ketua Hijabers Community, Nanida Jenahara atau akrab disapa Jehan kepada TNOL.
Untuk menggapai hal tersebut, beberapa langkah telah dilakukan agar impian tersebut terwujud. "Sebelum ke luar negeri, kita kita akan kuatkan dulu didalam," ucapnya.
Jehan (nomor 2 dari kiri) dan anggota HC foto bersamaJehan (nomor 2 dari kiri) dan anggota HC foto bersamaMenurut Jehan, Islam di Indonesia perkembangannya sangat pesat. Itu merupakan kesempatan HC untuk menjaring sebanyak mungkin anggota. Memang, lanjut Jehan, awalnya sangat berat. Apalagi, ada beberapa yang menganggap mereka hanya kumpulan orang-orang pengusung fashion saja.
Maklum, HC terbentuk dari orang-orang yang menonton fashion show. Mereka melihat pertunjukan fashion, karena beberapa teman mereka menjadi salah satu desainer pakaian yang akan ditampilkan.
Nah, agar tidak dicap sebagai sosialita jilbab, mereka pun memutuskan membentuk HC. Di HC mereka mengadakan pengajian, lalu melakukan kegiatan sosial dan para anggotanya bisa saling sharing mengenai berbagai hal. Hasilnya, banyak orang yang pro terhadap mereka lantaran sangat jarang sekali kegiatan itu dilakukan, terlebih oleh anak-anak muda.
Sukses menjadi desainer busana muslimSukses menjadi desainer busana muslimMelalui HC pula, mereka ingin membuka wawasan orang mengenai penggunaan jilbab. Lantaran selama ini banyak orang beranggapan memakai jilbab akan membatasi ruang gerak penggunanya. Justru, kata perempuan kelahiran Jakarta 27 Agustus 1985 ini, dengan memakai jilbab akan sukses.
Jehan sendiri memakai jilbab sejak kecil atau sebelum bergabung dengan HC. Dia memakai jilbab karena sudah jalan hidupnya. Terlebih dia lahir dari pasangan muslim, Keenan Nasution dan Ida Royani. Jehan ditunjuk menjadi ketua HC melalui rapat. Dalam menjalankan tugas, istri dari Ari Galih Gumilang ini dibantu oleh para anggotanya.
"Kita saling gotong royong," jelas ibu dari Rosemary Malika Zuri yang berusia tiga tahun ini mantap.
Mewarisi Ida Royani
Jehan desain baju dengan nama JenaharaJehan desain baju dengan nama JenaharaSebagai anak desainer Ida Royani, Jehan mewarisi darah sang bunda dalam mendesain pakaian. Bahkan, dia sudah memiliki brand baju sendiri dengan nama Jehanara. Menurutnya, ia bisa seperti itu tak lepas dari peran sang ibu.
Maklum sejak usia empat tahun ia sudah diperkenalkan Ida Royani terkait berbagai macam bahan. "Dari sana saya mulai bercita-cita menjadi desainer," imbuh Jehan.
Demi mewujudkan cita-citanya, ia mengambil kursus di Pattern Design Esmod, lalu menimba ilmu di Susan Budihardjo Fashion Design School.
Berbekal pendidikan serta belajar dari sang Bunda,  Jehan bersama dua orang temannya memberanikan diri membuat pakaian ready to wear. Namun tak berlangsung lama lantaran ia lebih ‘sreg’ mendesain pakaian muslim. Jehan pun memantapkan diri menjadi salah satu desainer pakaian tersebut dengan menggunakan merek Jehanara.
Buka wawasan dengan jilbab bersama HCBuka wawasan dengan jilbab bersama HCMeski dirinya dan sang mama sama-sama bergerak dibidang pakaian muslim, namun desain mereka memiliki perbedaan. Sang bunda, kata Jehan, lebih cenderung menyukai warna gelap dan bersifat etnik semisal mengambil bahan tenun dari NTT. Sementara ia condong ke warna warni dan simpel.
Bahan yang kerap Jehan gunakan adalah kaos atau katun lantaran sejuk digunakan. Harga pakaian buatan Jehan sekitar Rp 150-900 ribu. Selain pakaian, Jehan membuat rok pula. Harga berkisar ratusan ribu, namun tidak mengecewakan pembeli. "Karena bahannya bagus, buatnya juga susah," ucap Jehan sembari tersenyum.
Berhubung Jehan mempunyai merk sendiri, ia memperkerjakan tukang jahit khusus. Baginya, pakaian bagus bila jahitannya rapi. Cara seperti itu diperolehnya dari sang bunda. "Patokan pakaian, ya pada jahitan. Kalau di luar bagus, tapi jahitan di dalamnya jelek sangat disayangkan. Apalagi bila harganya mahal," ucap Jehan.
Untuk itu, Jehan sangat memperhatikan jahitan pakaian-pakaiannya. Ia pun akan detail memeriksa. "Sebab, saya sangat mengedepankan kualitas," tandasnya.

Senin, 24 Februari 2014

Kisah Sukses Ipung Tasifun: Guru, Pengusaha dan Motivator

“Sukses itu bisa membuat orang lain tersenyum. Sukses itu bisa membuka lapangan kerja untuk orang lain. Sukses itu bisa membagi serta menularkan keberhasilan pada orang lain. Sukses itu tak hanya untuk kita, tapi juga untuk orang lain,” begitulah definisi sukses bagi Ipung Tasifun, seorang guru, pebisnis dan sekaligus motivator yang tinggal di Bandung, Jawa Barat.

Ipung telah membangun dua perusahaan yang beromzet miliaran rupiah per tahun. Dalam mengembangkan usahanya, sifatnya sebagai guru tidak luntur. Dia rajin berbagi ilmu dan memotivasi orang lain untuk giat berusaha dan berbagi dengan orang lain.

Pada 1994, Ipung yang berprofesi sebagai guru SLTA di Bandung dan mempunyai banyak waktu luang untuk mengaktualisasikan dirinya. Rute Yogyakarta-Bandung yang kerap ditempuhnya untuk menemui pujaan hati pun dimanfaatkannya berbisnis kecil-kecilan. Dari Yogyakarta, Ipung selalu membawa hasil kerajinan tangan, misalnya kain tenun dan batik yang kemudian dijual secara kredit ke relasi di Bandung. Usaha ini membuahkan hasil yang lumayan.

Ipung dan rekan-rekan seprofesinya kemudian berinisiatif untuk berbisnis untuk mengisi waktu luang, diawali dengan produk seragam sekolah. Namun karena seragam sekolah hanya ramai mejelang penerimaan murid baru, mereka kemudian menambah ragam produk, seperti sepatu, jepit rambut dan lainnya.

Sayangnya, banyak rekannya yang mengundurkan diri karena merasa bisnis ini kurang menguntungkan dan terlalu menghabiskan waktu. Yang tersisa hanya Ipung dan seorang rekan. Mereka tidak putus ada dan terus berbisnis.

Titik terang datang pada tahun 1996 ketika seorang pembeli memesan pakaian haji dalam jumlah besar. Namun lantaran kurang pengalaman, proyek itu tak berjalan mulus. Hajinya sudah berangkat, namum produk belum selesai semua.

Untungnya Ipung perusahaan baju muslim yang baru merintis usaha dan menitipkan pakaiannya. Ternyata busana buatan Ipung laris manis, ditambah adanya artis yang memakainya pada saat mengisi acara televisi.

Sadar keahlian berbisnisnya masih sangat minim, Ipung mengikuti pelatihan berbisnis yang diberikan oleh Departemen Koperasi. Dari sini, ia bertemu dengan PT. Sarana Jabar Ventura dan belajar lebih mendalam lagi.

“Kita diajarkan bagaimana cara berbisnis, diajarkan bagaimana administrasi, dan sebagainya. Kita pun diajak ikut pameran” kata Ipung.

Usai digembleng di PT. Sarana Jabar Ventura, Ipung kemudian mejadi mitra binaan PT. SUCOFINDO. Disini, ia kembali mendapatkan pendidikan bisnis, misalnya bagaimana mengurus administrasi, cara pemasaran dan bagaimana cara menginvestasikan diri.
”Bisnis dan diri saya menjadi lebih tertata dan itulah salah satu yang terbaik diberikan PT. SUCOFINDO, yang tidak ternilai. Karena saya jadi mengerti bagaimana menjalankan usaha yang baik,” imbuhnya.

Selama menjadi mitra binaan PT. SUCOFINDO, Ipung juga sering dibawa ke berbagai pameran, skala nasional dan internasional. Selain bisa mempromosikan dan memasarkan produknya, Ipung pun mendapat wawasan berbisnis yang lebih luas.

Dua perusahaan yang dikelola Ipung, PT. Medani Insan Cemerlang dan PT Wira Sukma, juga pernah mendapatkan pinjaman berupa dana talangan dari PT. SUCOFINDO.

Ini merupakan dana yang dibutuhkan anggota binaan yang membutuhkan dana cepat dan bisa mengembalikan dengan cepat pula. Waktu pengembaliannya selama 6 bulan hingga satu tahun.

”Waktu itu PT. Wira Sukma kami dikasih Rp 30 juta, yang kedua Rp 50 juta. Sedangkan PT Medani yang pertama Rp 20 juta, yang kedua dana talangannya Rp 50 juta,” kata Ipung.

Kegigihan Ipung untuk terus belajar dan menangkap peluang telah berhasil membuat perusahaannya meraup omset yang cukup besar. Pada tahun 2007, omset kedua perusahaan itu mencapai Rp 10 miliar.

Dalam berbisnis, keseriusan Ipung juga didorong niat mulia untuk memberikan lapangan pekerjaan bagi siswa-siswanya. Dia pernah melakukan survey di tempatnya mengajar. Ternyata hanya 20-30 persen siswanya yang melanjutkan ke perguruan tinggi, sedangnya sisanya langsung terjun ke masyarakat. Ipung menciptakan lapangan pekerjaan, sekaligus memotivasi mereka untuk berwirausaha.

Saat ini Ipung telah berhasil menampung sekitar 40 karyawan lepas dan ratusan vendor sulam dan lainnya. Dari total karyawan, sekitar 40 persennya adalah mantan siswanya yang setelah lulus langsung bergabung. Yang bersemangat wirausaha, ada juga yang menjadi rekanan perusahaan Ipung.

“Jadi di sekolah fungsi saya ganda, mengajar dan memotivator mereka untuk menjadi enterpreneur dan menciptakan lapangan kerja,” imbuhnya.

Minggu, 23 Februari 2014

Profil Karita

Kota Yogyakarta adalah kota pendidikan dengan jumlah pendatang yang selalu bertambah setiap waktu. Dalam konteks dinamika para pendatang tersebut, pada kurun waktu 1998-2000 menunjukkan kecenderungan adanya tuntutan selera penampilan yang berbeda. Artinya, ada kecenderungan mode yang dinamis, yang sesuai tuntutan zaman. Karena itulah, kelahiran Karita Gaya Muslim Muda sebagai sebuah toko penyedia produk busana muslim muda (usia 15 sampai dengan 25 tahun) hadir dengan semangat memenuhi kebutuhan selera segmen remaja muda akhwat (wanita ) dan ikhwan (lelaki). Karita merupakan salah satu toko yang masuk dalam holding company margaria GROUP. Margaria GROUP sebagai sebuah holding company , sudah dirintis sejak 1984an. Seiring sejalan dengan waktu, margaria GROUP berkembang dan diterima masyarakat.
Karita menempati sebuah bangunan yang terdiri dari dua lantai, yang kesemuanya menyediakan aneka macam perlengkapan muslim muda dan aksesoris Islami. Kelahiran Karita juga didasari oleh semangat untuk menangkap celah pasar ( niche market ) yang belum tercakup 100% dalam unit Al-Fath Group (Al-Fath, Annisa, Arrahma). Dalam kaitan niche market itulah.
Karita memprioritaskan menggarap segmen muslim muda. Rupanya, di Yogyakarta, perusahaan busana muslim yang mengonsentrasikan diri pada segmen kaum muslim muda belumlah signifikan. Tentu saja, sebagai sebuah perusahaan busana yang juga berkomitmen mengembangkan syiar Islam, 

Karita mempunyai visi dan misi tersendiri yang memang bertujuan agar memberikan manfaat bagi publik. Secara spesifik, Karita yang lahir pada tanggal 16 Nopember 2002 mempunyai segmen pasar para customer pelajar, mahasiswa, maupun eksekutif muda muslim lainnya.

VISI KARITA
Secara khusus, Karita mempunyai visi yang bertujuan menjadikan Karita sebagai sebuah perusahaan yang berkualitas, bercitra tinggi dan inovatif untuk bidang penyediaan perlengkapan busana muslim atau produk yang berwawasan Islami bagi remaja atau anak muda.

Mengenal Lebih Dalam Karita
 Toko Karita terletak di Jl. C. Simanjuntak No 73 Yogyakarta, sangat mudah dijangkau karena selain berdekatan dengan kampus Universitas Gadjah Mada, bangunan tokonya sangat mudah dikenali dengan tampilan logo yang eye catching berwarna pink. Bangunan Karita terdiri atas dua lantai dengan luas keseluruhan 310 m 2 . Warna pink mendominasi warna interior Karita, membuat tampilan toko Karita terlihat sangat fresh dan remaja. 

Warna pink mencerminkan feminisme seorang wanita yang anggun, beranjak dewasa, percaya diri dan dinamis. Kuning mencerminkan aman, nyaman, tentram, bercahaya yang terpancar dari seorang pria muslim.

Ruangan toko yang nyaman ditunjang adanya air conditioner dan fasilitas musholla serta tempat parkir yang cukup luas bagi customer.Lantai satu toko Karita terdiri dari stand busana, butikarita dan stand perhiasan imitasi. Yang unik, di dalam toko Karita ada space butiknya. space butikarita terletak dilantai satu menyatu dengan toko Karita. Butikarita sengaja dimunculkan di dalam toko Karita terutama ditujukan bagi customer yang menyukai koleksi yang lebih eksklusif.

Busana yang terpajang di butikarita didesain khusus oleh desainer Karita dengan produksi yang terbatas atau limited edition . Bahkan customer yang ingin berkonsultasi tentang mode, dapat dilayani langsung oleh desainer Karita setiap hari Sabtu. Selain itu customer dapat menjahitkan pakaian dengan model yang dikehendaki di butikarita. Space butikarita di lantai satu toko Karita, memiliki nuansa ekslusif yang berbeda. Untuk lantai dua, standnya lebih banyak.

Ada stand busana laki, stand mukena, stand sajadah, stand buku, lukis dan kaset serta stand jilbab. Selain layanan khusus butik, Karita juga melayani penukaran produk untuk kategori ukuran, penukaran dilayani hingga 3 hari setelah pembelian dengan membawa copy nota dan label produk belum dilepas. Selain itu Karita juga menyediakan layanan hantaran mahar dan parcel lebaran. Sementara ini toko Karita baru terdapat di Yogyakarta . Walaupun begitu, banyak customer dan pelanggan Karita yang berasal dari luar Yogya. Customer luar 

Yogya dapat memesan dan mendapatkan informasi Karita lewat email di : karita@margaria.co.id atau pesan lewat telepon di (0274) 58 44 77. Untuk membantu pelanggan luar kota , Karita juga menyediakan katalog produk yang keluar secara berkala dan dikirim secara kontinyu.

Sabtu, 22 Februari 2014

Kunci Sukses Dian Pelangi di Industri Mode

Dian Pelangi
Dian Pelangi (sumber: Dianpelangi.com)

Jakarta - Hijab warna cerah, tak monoton dan penuh gaya. Detail cutting yang unik, motif jumputan serta tabrak warna jadi kekhasan gaya rancangan Dian Pelangi.
Pemilik lini busana muslim Dian Pelangi ini memang cukup sukses dan kini sosoknya sangat diperhitungkan dalam dunia fashion muslim tanah air. Melanjutkan bisnis sang orang tua, Dian mampu menunjukkan kemampuan sebagai desainer, model, sekaligus pebisnis andal.

Namanya tak hanya diperhitungkan di Indonesia, tapi juga di mancanegara yang mengenalnya sebagai desainer busana muslim muda yang penuh inovasi. Dian tidak hanya mengembangkan bisnis tersebut, namun ia juga menciptakan tren baru di kalangan perempuan muda yang menggunakan jilbab atau hijab. Tetap syariah namun berkesan stylish.

Bagi Dian, kesuksesan yang diraih ini bukanlah tanpa masalah dan tantangan. Ia pun membagi rahasia suksesnya sebagai desainer dan pebisnis muda.

"Yang pertama, saat ingin memulai bisnis kita harus memiliki niat yang tulus yang memang karena Allah. Bukan untuk pamer atau alasan negatif lain," ujar Dian pada acara Tea Time Hijabella.

Lalu, langkah kedua yang juga penting menurut pemilik nama lengkap Dian Wahyu Utami adalah adalah memiliki ilmu. Menurutnya, setiap orang yang ingin berbisnis harus memiliki ilmu atau pengetahuan yang baik mengenai bisnis yang akan dijalaninya. Tidak masalah bila ilmunya tidak didapat dari pendidikan formal.

Kunci sukses ketiga, bagi wanita kelahiran Palembang, 1991 ini adalah inovasi. Bagi Dian, menjadi pelaku bisnis harus berani mencoba sesuatu yang berbeda.
"Buatlah sesuatu yang berbeda atau baru. Jangan mengikuti karya orang lain," ujarnya.

Lalu, yang terakhir  dan juga sangat penting adalah ridho orang tua. Dian mengaku, tanpa ridho kedua orang tuanya dia tidak akan bisa seperti sekarang.
"Bahkan bila orang tua dan suami mengatakan jangan dilanjutkan, maka saya akan berhenti. Ridho dan doa mereka adalah segala-galanya," ujarnya.

Jumat, 21 Februari 2014

Dian Pelangi Tebarkan Pesona Colorful and Playful pada JFW 2014

Dian Pelangi Tebarkan Pesona Colorful and Playful pada JFW 2014 

Pagelaran Jakarta Fashion Week (JFW) 2014 tahun ini, terdapat program pengembangan kapasitas bagi para desainer muda agar bisa menembus pasar Internasional yang diberi nama Indonesia Fashion Forward.

Salah satu desainer muda yang berkesempatan mengikuti program ini adalah desainer busana muslim Dian Pelangi. Namanya memang sudah tidak asing lagi bagi para pecinta fashion tanah air khususnya bagi para pecinta busana muslim. Dian tampil sebagai salah satu desainer yang mengisi runway Fashion Forward busana muslim pada Sabtu, (19/10/2013).

Pada JFW 2014 ini, Dian mengangkat tema 'Pop Batik'. Seperti yang telah diketahui, Dian Pelangi terkenal dengan motif jumputannya yang dikeluarkan dalam bentuk koleksi ready-to-wear yang menjulang kesuksesan. Untuk mengulangi kesuksesan yang sama, Dian berusaha membuat busana ready-to-wear yang bisa dipakai oleh banyak orang dalam berbagai acara.

Tema kali ini Dian banyak menggunakan bahan tenun dan sifon. Batik yang digunakan juga lebih modern dengan warna-warna cerah seperti pink, hijau, oranye, kuning, dan lain-lainya yang dipadukan dengan warna-warna monokrom seperti putih, hitam, dan abu-abu sehingga keseluruhan koleksinya kali ini terkesan colorful and playful.

Shownya kali ini juga membuat para tamu undangan yang hadir berdecak kagum dan tersenyum karena warna-warna cerah yang dihadirkan serta aksesori yang ditampikan seperti kacamata, tas, bahkan payung-payung cantik pun menghiasi runway JFW 2014 sore itu.

Materi Kelas


Quiz


Rabu, 19 Februari 2014

Tren Berkerudung dan Keunikan Pashmina Paris



Beragam jenis pashmina yang kini tersedia di pasaran turut serta menambah ramai trend berkerudung di kalangan masyarakat Indonesia, khususnya para remaja. jika pada masa dahulu alasan orang- orang enggan mengenakan kerudung adalah karena kerudung sangat monoton dan terkesan jadul atau ketinggalan jaman.

Berbeda dengan ragam kerudung pada masa sekarang ini. Sekarang kerudung sangat beragam baik model, corak dan cara pemakaiannya. Dengan demikian, tidak ada lagi istilah kuno dan anti mode dalam berkerudung. Salah satu jenis kerudung yang saat ini banyak digemari oleh para muslimah di Indonesia adalah kerudung jenis pashmina paris. Kerudung ini memiliki banyak keistimewaan berupa ragam warna serta coraknya. Selain itu, pashmina berbahan paris ini juga mudah diatur dan dibentuk sehingga memungkinkan para pemakainya untuk bekreasi dengan mengenakan pashmina berbahan paris ini.



Cantik Dengan Kreasi Pahmina Paris
Salah satu hal yang berperan penting dalam merubah image kerudung dari jadul menjadi modern tak lain adalah cara penerapannya. Jika pada masa dahulu wanita- wanita muslimah hanya mengenakan kerudung sekedar untuk menutup kepala mereka tanpa mengindahkan nilai fashionnya, namun pada masa sekarang ini tekhnik penggunaan kerudung terutama pashmina paris ini sudah sangat bervariatif. Mulai dari gaya casual, formal, model lilit, mengkombinasikan dan lain sebagainya.

Nah berikut ini adalah salah satu cara menggunakan kerudung modern yang dapat Anda coba:
  1. Kenakan ciput ninja terlebih dahulu.
  2. Gunakan pashmina paris  dengan salah satu sisi lebih panjang. Biarkan bagian panjang pashmina berada di bagian belakang leher.
  3. Tarik bagian pashmina yang lebih panjang menuju bagian kiri hingga menutupi leher.
  4. Sematkan peniti di depan telinga dengan meletakkannya di balik pashmina yang lebih pendek.
  5. Angkat bagian bawah pashmina yang panjang menuju atas kepala.
  6. Rapikan bagian depan pashmina lalu sematkan peniti pada bagian atas kepala agar semakin kuat dan tidak mudah lepas.
  7. Rapikan kembali beberapa bagian jilbab yang belum rapi. Sekarang Anda sudah siap tampil gaya dengan kerudung pashmina paris yang modern.

Selasa, 18 Februari 2014

Tips Sukses Berbisnis Busana Muslim. Busana Muslim kini menjadi industri уаnɡ cukup menggiurkan. Dеnɡаn pasar уаnɡ besar ԁі negeri kita, bisnis busana Muslim boleh jadi ѕаnɡаt menjanjikan. Namun, tentu saja tіԁаk mudah υntυk memenangi persaingan. Terlebih saat іnі banyak juga pelaku usaha уаnɡ melirik bisnis serupa. Anda juga berminat υntυk memulai bisnis serupa? Aԁа sejumlah kiat ԁаrі pemilik butik ԁаn desainer уаnɡ telah berpengalaman menerjuni usaha serupa. Sереrtі pemilik butik Hijab Household, Tarik Haoucar, уаnɡ punya kiat sederhana υntυk memulai bisnisnya іtυ. Dіа mengatakan, usahanya іnі berawal ԁаrі bisnis secara online. Ia pun mengembangkan usaha іtυ ԁеnɡаn mеmbυkа butik pada 2010 ԁі Sydney, Australia.
Busana Muslim
Hasilnya, butik miliknya menjadi rujukan kalangan Muslimah Australia ԁаn dunia υntυk mencari busana уаnɡ diinginkan.”Kini, remaja Muslim tаk lagi malu menggunakan busana Muslim. Kecenderungan іnі tentu berdampak bagus bagi industri fesyen Islami ԁі Australia,” kata ԁіа.

Lain lagi ԁеnɡаn Dian Pelangi. Desainer muda уаnɡ punya ciri khas kain tye dye іnі memilih υntυk tіԁаk mеƖаkυkаn penjualan secara online. Sosial media, bаіk blog pribadi atau situs khusus www.dianpelangi.com hаnуа digunakan υntυk media promosi. Strategi іnі dipakai аɡаr peluang pembajakan semakin kecil ԁаn karyanya menjadi Ɩеbіh eksklusif.

Jіkа ingin mencari produknya, Dian mempersilakan раrа peminat υntυk datang kе butiknya уаnɡ tersebar ԁі Jakarta, Pekalongan, Palembang, Aceh, Medan, Makassar, ԁаn Bandung. “Kita ѕеԁаnɡ рrοѕеѕ υntυk bіѕа buka butik ԁі Malaysia, semoga сераt dibuka,” υјаrnуа memberikan bocoran.

Untυk mеrеkа уаnɡ mаυ mencoba menggeluti bisnis уаnɡ ѕаmа, Dian menyarankan υntυk terlebih dahulu menetapkan signature style уаnɡ ingin diusung. Karakter уаnɡ kuat аkаn mеmbυаt produk tampak berbeda ԁеnɡаn уаnɡ ѕυԁаh аԁа. SеƖаіn berbeda, pengetahuan аkаn kοnѕер juga hаrυѕ diperkuat. Sереrtі halnya categorize DP уаnɡ suka bermain-foremost ԁеnɡаn warna, maka pengetahuan уаnɡ berkaitan ԁеnɡаn warna pun hаrυѕ tеrυѕ digali. Dеnɡаn begitu, kata Dian, karya kita аkаn tеrυѕ berkembang ԁаn tetap dicari orang.

Senin, 17 Februari 2014

Profil Dian Pelangi

beli jilbab dian pelangi

Dian Pelangi, 21, adalah desainer utama Dian Pelangi Company, salah satu perusahaan busana muslim terkemuka di Indonesia. Lahir di Palembang pada tahun 1991, beliau kemudian lulus dari Ecole Superieur des Arts et Techniques de la Mode (ESMOD) pada 2008 dengan nilai yang tinggi.

Dikenal sebagai desainer yang multitalenta, Dian membawa angin segar nan penuh warna ke panggung busana muslim di Indonesia maupun mancanegara. Dian terinspirasi akan pelangi yang begitu kaya warna dan selalu berusaha menggali kekayaan budaya Indonesia, mulai dari tie dye yang cerah, songket yang indah, sampai batik yang mewah.

Setelah diwawancarai oleh CNN pada tahun 2010, popularitas Dian melejit dan langsung menjadi salah satu tokoh paling berpengaruh dan diikuti di dunia mode Indonesia. Menyadari pengaruhnya yang sudah sangat luas, anggota termuda dari Asosiasi Perancang Pengusaha Muda Indonesia (APPMI) ini menerbitkan sebuah buku yang berisi kumpulan ‘street style’ para muslimah yang ditemuinya di negara-negara yang ia kunjungi.

Pada akhir 2011, Dian Pelangi diundang ke Paris untuk mengikuti The International Fair of Muslim World di Le Bourget dan memastikan jejaknya sebagai salah seorang desainer muda Indonesia yang patut diperhitungkan.

Minggu, 16 Februari 2014

Kiat Sukses

Kunci Sukses Bisnis Butik Busana Muslim
 
 

KOMPAS.COM/WARDAH FAJRI Sarah Ardianto, pengelola butik busana muslim Rumah Ayu.
KOMPAS.com — Saat toko online semakin menjadi incaran dan pilihan berbisnis, butik busana muslim Rumah Ayu konsisten dengan konsep toko yang mengedepankan kenyamanan dan fokus memenuhi kebutuhan pelanggannya.

Rumah Ayu bertahan dan terus berkembang sejak 15 tahun lalu, membuka butik busana muslim. Jika di era sang mertua butik ini menyasar perempuan usia matang, di tangan Sarah Ardianto (27) Rumah Ayu memenuhi berbagai kebutuhan perempuan mulai usia 20. Konsep busananya pun lebih muda dan dinamis.

Sementara konsep toko busana muslim yang dipertahankan belasan tahun, memberikan nilai tambah tersendiri. Di toko milik ibu mertuanya ini, Sarah leluasa memberikan pelayanan maksimal yang lebih personal kepada pelanggan loyal juga untuk menjaring pelanggan baru.

Menurut Sarah, di era internet, sosial media memang membantu keberlangsungan bisnis. Namun, keberadaan toko yang dipertahankan juga punya peran penting.

Di toko inilah Sarah bisa melayani pelanggannya lebih maksimal. Seperti menggelar trunk show mengundang pelanggan loyal, untuk mengenalkan koleksi terbaru. Rumah Ayu juga rutin menggelar acara semacam ini setiap enam bulan.

Tujuannya tak lain untuk mengenalkan tren terkini busana muslim Rumah Ayu. Juga untuk menjaga hubungan baik dengan pelanggan.

"Pendekatannya lebih personal jika pelanggan langsung datang ke toko. Mereka datang juga bukan sekadar untuk belanja, tapi sudah seperti rumah sendiri," ungkap perempuan berlatar belakang pendidikan psikologi ini.

Menurut Sarah, bertemu langsung dengan pelanggan di toko busana muslim yang dikelolanya memberikan pengalaman berbeda. Hubungan personal yang dibina melalui pertemuan langsung penjual-pembeli inilah yang membuat Rumah Ayu memiliki banyak pelanggan setia.

"Ada pelanggan yang sudah 10 tahun selalu ke Rumah Ayu untuk mencari busana muslim," ungkapnya.

Tak merasa puas dengan pendekatan personal, Sarah juga mengembangkan Rumah Ayu dengan berkolaborasi bersama desainer busana muslim ternama.

Sebut saja Jenahara. Hanya di Rumah Ayu, pengguna busana muslim bisa mendapatkan koleksi eksklusif Jenahara yang tak dapat ditemui di tempat lain.

Program semacam ini menjadi daya tarik tersendiri karena tak sedikit orang yang ingin tampil beda dengan busana muslim koleksi terbatas.

Selain trunk show, koleksi eksklusif, butik Rumah Ayu juga tak pernah sepi pembeli lantaran program diskon yang ditawarkan langsung kepada pelanggan. Dengan kata lain, pelanggan adalah orang pertama yang mengetahui kapan butik ini menggelar diskon sejumlah koleksinya.

"Pelanggan memang menjadi fokus utama kami," tutur ibu satu anak ini.

Berinovasi untuk terus memberikan hal baru kepada pelanggan juga menjadi rahasia sukses bisnis butik Rumah Ayu.

Melalui pekan mode Jakarta Islamic Fashion Week 2013, Rumah Ayu pun hadir dengan label busana muslim produksi sendiri.

"Label Rumah Ayu baru mulai 2013, ada delapan koleksi. Sebelumnya masih menggandeng desainer dan label luar. Sekarang mencoba mengenalkan label sendiri," ungkapnya.

Dengan begitu, butik Rumah Ayu di Cikajang, Jakarta, bisa memberikan lebih banyak pilihan untuk pelanggan dari usia muda hingga dewasa. Pelanggan yang selalu setia datang ke toko, berbelanja, dalam suasana seperti di rumah sendiri mengalahkan daya tarik belanja online yang sedang populer saat ini.

Sabtu, 15 Februari 2014

R. Tati Hartati

Biografi R. Tati Hartati (Cici)-Pendiri Dannis Collection


Siapa yang bilang kalau busana muslim cenderung kuno dan membosankan. Hal itu tak berlaku bagi R. Tati Hartati atau lebih sering disapa Cici. Berkat kepekaan dan kreativitasnya, ia telah mengubah pandangan itu. Dibuatlah pakaian busana muslim anak yang berwarna-warni dan segar dipandang mata serta terkesan modis.


Dengan membrand produknya sama seperti nama anaknya, Dannis, produknya kini tersebar ke seluruh penjuru tanah air bahkan sampai di manca negara. Dannis juga telah menjadi pelopor busana muslim anak modern dan menjadi trendsetter. Sebenarnya siapa sih sosok Cici dan bagaimana awal mula ia menciptakan Dannis. Berikut ini penulis tuturkan Biografi R. Tati Hartati atau Cici.

R. Tati Hartati atau Cici dilahirkan di Cimahi 3 Agustus 1968. Ia berasal dari keluarga yang bersahaja, Ayahnya adalah seorang PNS di PT Telekomunikasi yang bernama R.Boediman dan ibunya bernama R.Supini yang berprofesi sebagai ibu rumah tangga. Seumur hidupnya ia dan kelima saudaranya tidak pernah dibelikan baju ibunya karena ibunya berbakat dalam jahit menjait sehingga ia dan saudaranya dijahitkan baju sendiri oleh ibunya.

Orang tua Cici sangat demokratis terhadap anak-anaknya. Sebagai contoh ketika ibunya memiliki usaha menjahit hingga merekrut empat orang karyawan itu membiarkan Cici ikut nimbrung menjahit bajunya sendiri akhirnya saat ia masih duduk di bangku kelas 3 SD sudah bisa menjahit pakaiannya sendiri.

Cici mengaku prestasinya di sekolah cenderung biasa saja. Dalam hal berorganisasi pernah sekali waktu ia dikirim menjadi perwakilan Pramuka untuk Pusdiklat. Sedangkan hobi menjahit yang dimilikinya terus berkembang. Cici termasuk anak yang kreatif. Ia sering menjahit sendiri bajunya dan tas yang dipakainya yang akhirnya diminati dan dipesan oleh teman-teman sekolahnya. Walau harus sering menenteng pesanan teman-temannya ke sekolah, yang jelas hasil penjualan cukup lumayan sebagai tambahan uang saku.

Masa Remaja

Selepas lulus SMA, ditahun 1984 ia diterima di Sekolah Analis Kimia ITB. Sebagai mahasiswa ia tidak mau hanya berdiam diri, Cici aktif di berbagai organisasi mahasiswa salahsatunya sebagai Remaja Masjid Salman ITB. Cici lulus ITB tahun 1989.

Cici kemudian bekerja di PT. Sanbe Farma sebagai staf Quality Control. Kemudian ia menikah dengan Asep Kusnadi, AK yang berprofesi sebagai PNS di BPKP. Karena suaminya ditugaskan di Surabaya, akhirnya Cicic memilih untuk keluar dari pekerjaannya dan mengikuti suami pindah ke Surabaya.

Awal Lahirnya Dannis

Saat menjadi ibu rumah tangga, banyak waktu yang terbuang percuma, akhirnya ia ikut menjadi pengajar mengaji di dekat rumahnya. Sewaktu melihat baju muslim anak didiknya yang terkesan biasa saja itu ia ingin membuat baju muslim anak yang lebih menampilkan sisi ceria seperti kharakter anak pada umumnya.

Awalnya Cici membuat baju muslim untuk dikenakan puteranya sendiri, tetangga yang melihat pun tertarik untuk memesan juga. Semakin hari pesanan semakin banyak. Ia juga menerima order dari ALIB pusat busana muslim. Awalnya baju muslimnya tidak diberi merk dan orang-orang memberi merk sendiri untuk dijualnya namun kemudian atas saran kawannya, Ummu Hamas (yang kemudian menjadi partnernya di Dannis) ia memberi merk dagang produknya dengan nama anaknya yaitu Dannis Collection. Selain itu Dannis sebenarnya singkatan dari Dunia Akherat Insya Alloh Selamat.

Semakin hari orderan Dannis semakin banyak, usaha yang awalnya Cuma usaha rumahan menjadi usaha pabrik yang lumayan besar. Ummu Hamas rekannya menjadi garda depan dibidang penjualan Dannis. Usaha ini awalnya hanya bermodal 1 juta rupiah dan kemudian mendapat kucuran modal dari BUMN untuk mengembangkan usahanya.

Manajemenyang diterapkan adalah memisah antara urusan produksi dan marketing. Penanggungjawab produksi adalah Cici dan penaggung jawab marketing adalah Ummu Hamas. Hal ini dilakukan agar masing-masing bisa fokus di lini nya. Untuk memperlancar proses produksinya ia merekrut 500 karyawan. I ajuga terus meningkatkan keahliannya beserta karyawannya dengan ikut berbagai pelatihan-pelatihan. Kualitas adalah nomor satu, innovasi adalah otaknya. Itulah yang menjadi ciri Dannis Collection. Sampai saat ini Dannis selalu menjadi pemimpin pasar dan trendsetter di bidang baju muslim anak.

Dannis juga mengembangkan program kemitraan. Ia ingin orang lain juga merasakan hasil yang dia dapatkan. Cici tidak takut dikhianati atau dijiplak oleh orang lain karena setiap orang sudah ditentukan rejekinya masing-masing oleh Alloh SWT.

Saat ini Dannis juga mengembangkan usaha memproduksi tas, dompet dan juga mendirikan Wedding Organizer. Dengan brand Dannis yang sudah dikenal orang, Cici yakin mampu membesarkan usahanya.

Suka Duka Dalam Membangun Dannis

Perjalanan Dannis tidaklah semulus dan semudah membalik telapak tangan, ada saat-saat dimana Cici harus banting tulang mempertahankan Dannis. Salah satunya adalah saat karyawannya melakukan mogok kerja. I aharus mati-matian mempertahankan Dannis, ia berdialog dengan karyawan tentang apa yang dituntutkan serta melakukan negosiasi agar tuntutan karyawan berada diukuran yang wajar tidak terlalu memberatkan perusahaan. Pernah juga Cici merasa capek dan ingin menghentikan saja usahanya, namun keluarga selalu memotivasinya agar terus berkarya dan menggapai kejayaan.

Sebagai ibu rumah tangga ia selalu menerapkan gaya demokratis pada anak-anaknya seperti saat ia kecil dulu. Ia juga selalu ada waktu untuk anak-anaknya seperti mengajak jalan ke mall, selain itu hal ini juga menjadi sumber inspirasi bagi dirinya dalam mendesain baju Dannis karena di mall ia bisa melihat trend apa yang terjadi saat itu.

Cici mendapatkan anugrah sebagai Ummi Award di tahun 2005 dengan prestasinya sebagai ibu dan sebagai pengusaha wanita muslim yang dianggap sukses menyeimbangkan keluarga dan karirnya. Namun ia tak merasa bahwa dirinya hebat, ia malah “iri” melihat temannya yang mampu mendidik anaknya hingga semua anaknya bisa hafal Al-Qur’an. Ia pun ingin dirinya dan anak-anaknya juga bisa menjadi hafids Quran.

Cici merasa bahwa apa yang diraihnya seperti mimpi, ia tak menyangka bakal bisa menjadi seorang enterpreneur yang dianggap sukses oleh orang lain. Namun itulah kenyataannya. Ibu dari tiga anak ini yaitu Dannisa Azzahra, M.Guardian Haidar dan M. Lazuardy Alghani ingin selalu bisa berguna bagi orang lain melalui Dannis Collection dan juga melalui organisasi di masyarakatnya. Salah satunya walau ia sibuk mengurus Dannis dan keluarganya ia juga menjadi pengurus masjid Nurul Huda Surabaya. Ok dech Mbak Cici tak doakan selalu berkibar terus bersama Dannis Collection.

Jumat, 14 Februari 2014

Dian Pelangi

Cantik Muda Berbakat Dan Populer

 DSC_0237.
Dian Pelangi resah setiap mendengar wanita pemakai jilbab atau hijab dicitrakan kuno, tua, dan kampungan. Tumbuh di keluarga kental tradisi Islam, ayah pengusaha garmen, dan ibu pemilik butik muslim, ia pun tertantang membuat perubahan.
Berbekal pendidikan tata busana dan agama, ia ambil alih usaha butik ibunya. Tanpa menerjang pakem syariat Islam, ia perlahan mengubah citra negatif busana muslim lewat rancangannya yang stylish dan trendy.

Rancangannya tak hanya memikat muslimah tanah air, tapi juga mancanegara. Bahkan, mereka yang tak mengenakan hijab. “Saya tertantang mencipta fashion muslim yang berbeda. Karena selama ini berbusana muslim itu dianggap nggak keren, kampungan,” kata pemilik nama Dian Wahyu Utami itu.
Di tengah sukses sebagai perancang muda, wanita kelahiran 14 Januari 1991 itu menelurkan ‘Hijaber Community’. Komunitas muslimah muda yang aktif membagi tips dan pengalaman terkait hijab dan Islam. Kegiatannya mulai dari islamic fashion show, tutorial memakai hijab, tausiyah, dan pengajian.
Meski baru resmi berdiri awal tahun ini, komunitas yang ia bangun sudah menarik minat sedikitnya 14.500 follower di Twitter, dan lebih 19.000 pengguna Facebook. “Lewat komunitas ini, kami ingin mengsinpirasi wanita untuk mengenakan busana muslim.”

Di sela kesibukan sebagai perancang dan pendiri ‘Hijabers Community’, Dian menyempatkan diri berbincang dengan VIVAnews di butiknya, Bintaro, Jakarta Selatan, pekan lalu. Berikut petikan wawancaranya:

Bagaimana awal kisah terjun ke fashion muslim?
Sejak kecil, saya memang disiapkan orangtua untuk melanjutkan usaha garmen dan butik. Lulus SMP, saya disekolahkan di SMK 1 Pekalongan jurusan Tata Busana. Sempat malu, tapi sekarang malah bersyukur, he he he …

Lulus SMK, saya mulai diberi tanggung jawab mengurus butik ‘Dian Pelangi’ di Jakarta sambil melanjutkan sekolah ke ESMOD selama setahun. Setelah itu juga sempat mengambil kursus Bahasa Arab di Kairo, Mesir, untuk menambah pemahaman mengenai pakem-pakem agama Islam dalam berbusana.
_MG_0314

Tahun 2009, saya diajak gabung ke Asosiasi Perancang Pengusaha Mode Indonesia (APPMI). Saya menjadi anggota termuda di asosiasi itu.

Pertama kali fashion show?
Pertengahan tahun 2009. Saya diajak Kementrian Pariwisata menggelar fashion show di Melbourne, Australia. Saya terkejut, karena ternyata ada perancang senior Iva Latifah juga. Sementara saya masih 18 tahun waktu itu.
Alhamdullilah responsnya bagus. Sampai ada ulasan di koran terkemuka setempat The Age. Mereka takjub dengan kolaborasi religi dan style yang saya buat. Mereka tidak menganggap aku aneh, atau mengait-ngaitkan busana muslim dengan terorisme.
Mereka apresiasi banget. Banyak juga bule yang borong, karena kan memang potongannya universal, bisa dipakai tanpa kerudung.
Dari situ aku semakin tertantang membuat baju muslim yang stylish, tanpa harus dengan bahan mahal.

Momentum yang paling menentukan karier?
Jakarta Fashion Week 2009. Saya tampil sebagai desainer junior pendatang baru. Responsnya luar biasa. Semua orang sepertinya membicarakan saya dengan banyaknya ulasan di media cetak, elektronik, dan internet.
Ajang ini yang sepertinya membuat saya makin dikenal dan mendatangkan undangan fashion show ke mancanegara. Ini menjadi batu loncatan yang bagus banget bukan hanya untuk aku tapi untuk semua fashion disainer Indonesia.
Dari situ, koleksi saya dilirik Kementrian Pariwisata untuk dibawa ke London, Inggris, April 2010, dalam acara ‘Indonesia Is Remarkable’ di Harrods. Tapi, sebelumnya saya juga sempat diajak pameran oleh Kementrian Perindustrian dan Perdagangan ke Abu Dhabi. Dan, responsnya selalu positif.
DSC_0768
Rancangan Dian Pelangi sudah menjelajah ke mana saja?
Beberapa wilayah Timur Tengah seperti Dubai, Abu Dhabi, Kairo, Jordania. Juga Malaysia, Singapura, Perth, Melbourne, London. Akhir tahun ini, insyaAllah ada muslim world exhibition di Paris.
Sudah banyak juga yang menawarkan untuk membuka butik di luar negeri, tapi saya masih butuh banyak pengalaman. Banyak juga tawaran untuk sekadar memasarkan koleksi-koleksi saya di Dubai, Jordania, bahkan Belgia.

Ada trik saat membawa koleksi ke mancanegara?
Saya selalu survei dulu budaya dan tren masyarakat setempat. Misalnya, saat ke Australia, saya pilih model-model coat atau maxi dress. Kalau ke Timur Tengah, saya buat model-model Kaftan. Ini mungkin yang membuat busana saya juga mudah diterima di setiap tempat yang saya datangi.

Inspirasi rancangan Anda?
Saya sangat suka dengan gaya busana Timur Tengah. Saya mulai mengamati gaya busana mereka sejak saya sekolah di Mesir. Saya pikir, mereka yang paling menjiwai bagaimana cara berbusana muslim yang baik. Ini sangat menginspirasi saya dalam mendesain busana muslim.
Tapi saya tak terpaku pada gaya mereka. Saya juga suka mengadopsi gaya busana masyarakat Eropa saat musim dingin. Dari situ saya mulai mencoba merancang busana tapi tetap dengan memadukan ciri khas budaya Indonesia, seperti jumputan, songket, dan batik.
Saya ingin mengangkat pengrajin asli Indonesia, agar hasil kerajinan mereka dikenal masyarakat luas.

Pakem rancangan busana muslim?
Yang jelas, bahannya nggak boleh transparan, desainnya nggak boleh membentuk tubuh, auratnya harus tertutup rapat, tidak mengundang perhatian orang, dan nggak terlalu heboh.
Cuma kan masing-masing juga ada tolak ukurnya. Kita juga harus memperhatikan perkembangan zaman. Kalau tidak, kita semakin sulit menginspirasi seseorang untuk mengenakan busana rapat dan menggunakan hijab.
Dulu orang menganggap mengenakan busana muslim selalu identik dengan gaya yang kampungan, tapi sekarang kan tidak lagi, mereka yang berbusana muslim juga bisa tetap tampil bergaya namun aurat tetap terjaga.

Ada yang kontra dengan karya Anda?
Bagi sebagian kalangan, desain saya mungkin ada yang agak ekstrim. Ada yang bilang Dian Pelangi busananya nggak mencirikan Islam. Itu jadi masukan.
Ada juga yang bilang Dian Pelangi sukses karena ibu dan bapaknya. Ini memang usaha warisan, tapi seharusnya mereka melihat setelah saya pegang grafiknya menurun, naik, atau stag. Yang pasti, nggak mudah meneruskan usaha ini.

Ciri khas busana Dian Pelangi?
Setiap desainer harus punya karakter. Yang selalu saya tekankan adalah corak warna-warni sesuai label ‘Pelangi’ yang saya pakai. Minimal ada 2 -3 warna dalam setiap rancangan saya. Harapannya, tanpa melihat label, orang sudah tahu itu rancangan saya. Kalau tidak, bisa dicap rancangan orang lain.

Material kain impor atau lokal?
Tenun, songket , batik, dan jumputan diproduksi sendiri di Pekalongan. Bahannya pun asli Indonesia. Khusus jumputan yang memang asli Palembang, biasanya saya desain dulu gradasi warnanya baru dijumput. Kalau tenun, bapak saya menekuni sejak lama.

Ada berapa karyawan?
Di Jakarta sekitar 50 orang. Di Pekalongan sekitar 300 pengrajin.

Kemampuan produksi dalam sebulan?
Saya punya beberapa jenis produk, yaitu Batik Pelangi, Dian Pelangi, Bride Pelangi, dan Tenun Pelangi. Ada kategori mass product dengan harga berkisar Rp50-400 ribu, dan special product Rp500 ribu sampai Rp3 juta.
Total sebulan bisa produksi 1.000 potong baju. Tapi, memasuki bulan Ramadan ini permintaan bisa meningkat tujuh kali lipat.
 

Tren Ramadan tahun ini?
Ramadan tahun ini, koleksi kami tetap mengacu pada model-model busana Timur Tengah, celana harem, atau gaya-gaya Arab urban. Trennya masih seperti itu, mungkin dengan paduan bebatuan kekemasan.

Tips berhijab ala Dian Pelangi?
Kerudung kan memiliki gaya macem-macem, tapi aturan yang harus diikuti. Jangan terpaku pada komentar orang. Keluarkan saja personal style kamu, asal gayanya nggak terlalu berlebihan.
Untuk malam, pilih kerudung warna-warna gelap, seperti hitam, maroon, ungu, abu-abu atau sesuaikan dengan acaranya. Untuk siang hari, gunakan warna-warna lembut. Jika baju sudah penuh motif, kerudung jangan terlalu ramai. Sebaliknya, kalau kerudungnya sudah ramai, baju netral saja.

Gaya busana Dian Pelangi banyak ditiru dan jadi tren?
Ini menjadi sesuatu yang saya sangat syukuri. Alhamdulillah bisa saling menginspirasi gaya berbusana kaum muslimah. Ini juga tak lepas dari keberadaan teman-teman di ‘Hijabers Community’ yang turut mempopulerkan gaya busana Dian Pelangi lewat event-event yang kami gelar.
Yang belakangan banyak diminati adalah busana casual dari bahan kaos yang dijumput (tie dye). Saya pikir kaos material yang tepat karena ringan, simpel, dan tidak terlalu mahal.

Apa itu ‘Hijabbers Community’?
Ini bermula puasa tahun lalu. Saat itu, ada undangan banyak untuk fashion show saya. Teman baik saya, Ria Miranda, usul kenapa nggak undang para muslimah remaja aja. Nonton fashion show sekalian buka bersama. Akhirnya, kami sebar undangan lewat jejaring sosial, kami juga gandeng para fashion blogger.

Animonya ternyata bagus, dari 30 kursi yang kami pesan untuk buka puasa ternyata yang datang sampai 50-an orang. Dari situ, ada sekitar 30 orang yang intens berkomunikasi. Januari 2011 mulai terbentuk komunitas itu dan, Maret 2011 kami resmi launching.
Kegiatannya nggak hanya mengadakan persiapan fashion show, tapi ada juga acara pengajian rutin, tausiyah. Jadi nggak sekedar kumpul-kumpul haha hihi dan ngomongin fashion aja, jadi ada pengajiannya juga, nggak melulu fashion show.


Ada yang bilang ‘Hijabers Community’ seperti sosialita berjilbab?
Nggak gitu. Kami hanya sebagai wadah yang ingin mengsinpirasi wanita untuk mengenakan busana muslim. Karena selama ini berbusana muslim itu dianggap nggak keren, kampungan, nggak bisa tampil trendy.
Banyak juga yang bilang pake kerudung itu nggak bisa sukses dan berkembang. Lewat komunitas ini kami tunjukkan kalau ternyata banyak muslimah yang kariernya bagus.
Kami nggak sekadar kumpul ketawa-ketawi dan pamer barang mewah. Kami memang senang kumpul untuk tukar informasi mengenai fashion dan senang berpakaian bagus, tapi apa yang kami sebenarnya juga busana rancangan teman-teman sendiri.
Prinsip kami, syiar itu nggak mesti dilakukan di masjid, bisa saja syiar (menyebarkan ajaran-ajaran Islam) dilakukan di mall dengan memakai busana muslim yang menarik. Nggak zamannya lagi seorang muslimah itu tertutup.
Alhamdulillah di komunitas ini kami selalu saling mengingatkan, seperti ketika pake kerudung kelihatan rambut atau leher, kami saling mengingatkan. Kami membuat komunitas tapi tetap ada pakem-pakem muslimahnya.
 
Syarat jadi anggota ‘Hijabers Community’?
Yang pasti harus memakai hijab. Saat ini, anggotanya baru 30 saya, yang tergabung dalam komite kepengurusan dengan rentang usia 20-30 tahun. Sejauh ini, sudah ada cabang di Bandung dan Yogyakarta.
Kami sedang pikirkan untuk menerima lebih banyak anggota dan membuat kartu identitas. Karena di sini kami juga nggak asal ngambil orang untuk jadi anggota. Yang pasti harus diseleksi. Tapi, kalau mereka yang selalu intens mengikuti kegiatan kami jumlahnya sangat banyak.

Tantangan membangun ‘Hijabers Community’?
Kami sering dicap sebagai wanita gaul berjilbab yang mau eksis doang. Tapi, justru kami jawab dengan melakukan banyak kegiatan positif dan amal. Terserah orang mau bilang apa, dan Alhamdulillah komunitas ini lebih banyak manfaatnya dari pada mudaratnya.

Impian ke depan?
Saya ingin bikin Adibusana Muslim, biar nantinya fashion muslim sejajar dengan fashion-fashion di Paris termasuk juga sejajar dengan Milan Fashion Week.
Bersama teman-teman di ‘Hijabers Community’, kami bercita-cita mengangkat dan mendukung Indonesia menjadi pusat fashion muslim di dunia. Kalau bukan kita yang mengangkat busana muslim, siapa lagi

Quiz


Review Materi Kelas



Kamis, 13 Februari 2014

Bisnis Busana Muslim Bantu Petani Sutera Alam

 Salah satu fenomena industri atau dunia mode (fashion) yang perkembangannya cukup pesat di tanah air dalam satu dekade terakhir ini adalah industri busana muslim. Industri busana muslim ini mulai memperlihatkan perkembangan yang cukup signifikan pada awal dekade 1990-an. Perkembangan industri busana muslim yang cukup pesat tersebut tidak terlepas dari makin meningkatnya kesadaran kaum muslim, khususnya wanita muslimat untuk menjalankan salah satu syariat agama Islam dalam menutup aurat, yaitu cara berpakaian yang sesuai dengan ajaran Islam.

200812127

Kondisi tersebut telah mendorong tumbuh dan berkembangnya kegiatan industri pakaian atau busana muslim. Seperti terjadi dalam industri garmen pada umumnya, berkembangnya permintaan produk busana akan selalu diikuti oleh perkembangan desain-desain dan mode baru. Hal itu juga terjadi dalam industri busana muslim. Meningkatnya permintaan busana muslim dan makin populernya citra busana muslim di masyarakat, makin berkembang pula desain-desain baru dan mode-mode busana muslim.

Namun demikian bagi Iva Lativah, pemilik Iva Gallery, yang telah menggeluti industri busana muslim sejak tahun 1988, terjun ke industri busana muslim bukan hanya sekedar menggeluti bisnis untuk mencari keuntungan semata. Namun, lebih dari itu, Iva memiliki dua motivasi lain yang sangat kuat tertanam di dalam jiwanya, yaitu menjalankan syiar Islam, khususnya dalam tata cara berpakaian bagi kaum muslimat sesuai dengan tuntunan agama Islam dan sekaligus membantu kalangan petani sutera alam di wilayah Kabupaten Garut, Jawa Barat yang selama ini cenderung selalu menjadi warga masyarakat yang terpinggirkan dari sisi kesejahteraan ekonominya.

Kedua motivasi itulah yang menggerakan semangat putri mantan Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Provinsi Jawa Barat itu untuk berkarya memanfaatkan kain sutera alam produksi para petani di Kabupaten Garut menjadi produk busana muslim bernilai seni dan bernilai tambah tinggi. Padahal selama ini produk kain tenun sutera alam produksi petani di wilayah Kabupaten Garut seringkali dicampakkan pembeli dan dipandang sebelah mata oleh kalangan industri garmen di dalam negeri sendiri, dengan alasan mutunya kurang baik.

Dengan didorong motivasi tersebut saya terus berupaya untuk memanfaatkan kain tenun sutera produksi petani sutera alam di Kabupaten Garut agar bisa diolah menjadi produk busana yang indah, menarik dan bernilai tinggi. Karena, itulah satu-satunya cara untuk mengangkat citra kain tenun sutera alam Garut sekaligus untuk mengangkat nasib para petani suter alam di sana, kata Iva.

2008121221

Karena itu, Iva kemudian memfokuskan dan mengkhususkan diri dalam kegiatan industri busana muslim dari kain tenun sutera alam asal Kabupaten Garut. Sejak pertama kali terjun ke dunia bisnis industri garmen, Iva pun secara konsisten terus menekuni industri busana muslim dari bahan kain tenun sutera alam Kabupaten Garut . Busana muslim dari kain tenun sutera alam produksi Iva kini telah memiliki segmen pasar tersendiri di kalangan kaum muslimat, terutama untuk busana muslim untuk keperluan pesta dan acara resmi.
Secara umum industri busana muslim di tanah air mengalami perkembangan yang cukup pesat mulai dekade 1990-an sampai sekarang. Kini para wanita muslim apabila menghadiri acara-acara resmi lebih suka memakai busana muslim, termasuk para ibu-ibu Dharmawanita, sekitar 95% lebih memilih untuk memakai busana muslim. Sejalan dengan tumbuhnya permintaan masyarakat konsumen dan perkembangan zaman, industri busana muslim pun kini terus berkembang mengikuti pasar, kata Iva.

Iva yang dibantu sejumlah saudara dan kerabat keluarga mengolah kain tenun sutera alam yang masih polos produksi petani sutera alam Kabupaten Garut menjadi kain batik sutera alam bermotif kontemporer hasil kreasi Iva sendiri. Kadang-kadang Iva juga menggunakan motif-motif batik tradisional yang dikombinasikan dengan motif kontemporer hasil kreasinya. Semua proses pembatikan, pencelupan warna dan pelukisan motif dilakukan secara hand made. Sampai saat ini Iva telah mengasilkan lebih dari 1.000 motif batik dan lukisan kain tenun sutera. Masing-masing motif sangat eksklusif karena hanya dibuat untuk satu stel busana muslim.

Kain tenun sutera alam yang sudah menjadi kain batik yang indah dan bernilai seni tinggi itu Made in Indonesiakemudian dirancang menjadi busana muslim yang indah dan menarik. Untuk pengerjaan pemotongan dan penjahitan kain batik sutera alam, Iva tidak mengerjakannya sendiri melainkan meminta dukungan para penjahit kepercayaannya untuk mengerjakan pekerjaan tersebut.

2008121233

Iva mengaku tidak kesulitan mendapatkan bahan baku kain tenun sutera, karena pasokan kain tenun sutera dari para petani sutera alam di Kabupaten Garut saja sudah cukup memenuhi kebutuhan bahan baku untuk produk busana muslimnya. Setiap bulannya rata-rata Iva menerima pasokan sampai ratusan meter persegi kain tenun sutera dari petani sutera alam Garut. Dengan semangat membantu para petani sutera alam Kabupaten Garut, Iva tetap membeli kain tenun sutera berapa pun volume yang dipasok petani walaupun stok kain tenun sutera yang ada di gudang masih tersedia cukup banyak.

Stok kain tenun sutera alam kami kadangkadang agak lama habis terutama karena proses produksi batik kontemporer kami agak lama, terutama kalau saya sedang tidak dalam mood yang baik, sehingga inspirasi dan kreasi itu tidak muncul. Selain itu, semua proses produksi dilakukan secara hand made dan tradisional sehingga proses pembuatannya memakan waktu yang cukup lama, kata Iva.

Dengan sentuhan nilai seni tinggi, Iva bisa menjual setiap stel busana muslim lengkap dengan kerudung, selendang, pakaian atasan dan bawahan (baju panjangnya) dengan harga cukup tinggi. Setiap stel busana muslim karya Iva dijual dengan harga rata-rata Rp 3,5 juta.

Rabu, 12 Februari 2014

Profil Bisnis Pengusaha Busana Muslim

Biografi Dyah Suminar – Pengusaha Batik dan Baju Muslim Terlengkap di Yogyakarta

Dyah Suminar
Kemampuan dalam mengolah bisnis tidak hanya monopoli kaum adam, kaum hawa pun juga bisa menjalankann roda usaha. Hal inilah yang tercermin pada diri Dyah Suminar. Seorang pengusaha batik dan baju muslim asal Jogja. Walau ia harus berperan ganda, sebagai ibu, istri dan wanita karier, ia tak keberatan melakukannya. Berikut ini biografi Dyah Suminar direktris Margaria Group.

Masa Kecil

Dyah Suminar dilahirkan di Cilacap tanggal 13 November 1956. Dyah suminar adalah anak ke enam dari tujuh bersaudara dimana ia adalah anak perempuan satu-satunya. Orang tuanya hanylah seorang pegawai negeri sipil dan guru SD. Namun keluarganya sangat disiplin dalam membangun pendidikan anak-anaknya.
Dyah sendiri termasuk anak yang cerdas dan aktif. Ia suka sekali berorganisasi seperti Pramuka dan OSIS. Setelah lepas SMA, Dyah kemudian melanjutkan ke fakultas ekonomi UGM.

Dyah Suminar dan Keluarga
Menikah dan Berbisnis
Dyah kemudian bertemu jodoh di UGM yaitu dengan Herry. Mereka kemudian menikah pada 3 Mei 1980. Setelah menikah, suami Dyah memberi pilihan pada istrinya antara kerja kantoran atau bisnis. Dyah memilih yang kedua, bisnis.

Dyah kemudian harus belajar lagi, beruntunglah sang mertua memiliki toko yang awalnya adalah berjualan sembako namun kemudian juga memproduksi batik. Dari situlah Dyah belajar berbisnis.
Setelah ia cukup mahir, akhirnya Dyah memilih untuk mendirikan bisnis sendiri dengna membuka toko one stop shopping yang menjual aneka kebutuhan busana muslim dan juga aneka batik dari berbagai merk. Untuk stok Dyah biasanya bekerja sama dengan Danar Hadi yang merupakan merk batik ternama.

Dari sinilah akhirnya Dyah juga mendirikan usaha di bidang lain yaitu membuka gerai busana muslim seperti Al-Fath, Anita dan Karita, Grosir busana muslim Ar-Rahman, Klinik kecantikan kulit, Salon and Spa  Lellidewi, serta toko kado “Kado Kita”. Semua usahanya itu kini bernaung dibawah Margaria Group.